Sajak Kaum Lemah
Karya : Penyair Kecil ( Nasrul Asrudin)
Di punggungmu menggaris wujud dari perbudakkan
sekian waktu menyinggung, bukan jadi pelacur jalanan
Legam menggunung di tengah keringat yang belum sempat kering
dengan batas waktu, kau membiarkan terlantar
Terlantar lalu biar semua nampak
sebelum kearifan mempercundang budak
Sementara harga mulai merangkak
jauh sebelum istrimu menganak
Dan dibahumu menggaris wujud getasnya elemen ekonomi
pelan dan pelan kau jatuh ke bumi
Kau tidak sempat memberinya
segudang bekal untuk menyudahi
Tapi kau berada di dasar gundukkan yang teramat gelap
pengap dan penuh harap
Dan kau hanya bisa berkata
Tuhan, maafkanlah aku yang tidak sempat membuat mereka bahagia
TUNAS TUNAS MATI
Malam ini berkabung, tunas-tunas mati
belum sempat tumbuh, mereka diracun lalu membusuk
Kekejian terluntah di bulan oktober
tidak ada lagi tawa, kami semua berduka
Malam ini bumi dihujani tangis
lautan kepedihan terpecah
Berhamburan sampai ke pelosok desa
tunas-tunas mati membusuk penuh luka
Malam ini langit dilukiskan mendung
merundukkan kepala
Semua terpisah bencana
tunas-tunas hilang diracun perbudakkan yang gila
PIDATOKU MASIH MEMBERI TANDA TANYA
Aku berjalan
tapi jalanku kerikil, aku menyindir
ini tidak aku ungkit, mengapa tuan?
kiranya belum sempat sambat, janganlah
Lalu aku berpidato, aku bisa bersuara
tapi suaraku tak sampai
tak ada badai hari itu
mungkin lautan pidatoku tertangkap
Diasingkan sedemikan rupa
atau pidato gugur sebelum bergerilya?
aku akan bertanya, tapi
apa tanyaku serupa lautan api?
Membuat serupa lukisan berdarah
dengan latar belakang sangkur baja, tubuh yang berlumur darah?
apa aku harus diam? tak ada nyali?
sampai aku dibulli?
Lalu kepedihan ini dimuat dalam harian berita
sedang pidatoku masih simpang siur
harus menunggu sampai aku telungkup jatuh?
atau biarkan mereka seperti pimpinan tak berprajurit