Senja Di Trotoar Jakarta puisi sahabat
Karya : Penyair Kecil ( Nasrul Asrudin)
Berbaris pedagang, lalu lalang
nona-nona cantik berwajah tebal
Rangkaian sinar belum hilang
masih seperti telunjuk, mengarah jiwa-jiwa yang kumal
Dan bukit-bukit menjadi gedung-gedung
menjulang di tengah pekiknya hasut duniawi
Menyusut halus keringat yang belum habis
tertinggal hanya anakan sungai yang menyudut
Belum sempat bertelaga
hanya membekas lalu menganak panjang
Mungkin untuk hari esok, kembali
pada sinar yang belum terpecah lagi
PUISI MALAM
Malam terikat,digagahi dalam sendiri
kunang-kunang dipandang jauh dan mengabur
Sela-sela dinding melempar cahaya sunyi
terhempas hingga ke ujung, mereka saling terpisah
Terpisah tiada takut, meski maut membuat kalut
tak ada harap yang terikat, semua menyendiri
menyendiri masing-masing lalu semua terhenti
melihat malam di ujung awan yang berkabut
nona-nona cantik berwajah tebal
Rangkaian sinar belum hilang
masih seperti telunjuk, mengarah jiwa-jiwa yang kumal
Dan bukit-bukit menjadi gedung-gedung
menjulang di tengah pekiknya hasut duniawi
Menyusut halus keringat yang belum habis
tertinggal hanya anakan sungai yang menyudut
Belum sempat bertelaga
hanya membekas lalu menganak panjang
Mungkin untuk hari esok, kembali
pada sinar yang belum terpecah lagi
PUISI MALAM
Malam terikat,digagahi dalam sendiri
kunang-kunang dipandang jauh dan mengabur
Sela-sela dinding melempar cahaya sunyi
terhempas hingga ke ujung, mereka saling terpisah
Terpisah tiada takut, meski maut membuat kalut
tak ada harap yang terikat, semua menyendiri
menyendiri masing-masing lalu semua terhenti
melihat malam di ujung awan yang berkabut