Kumpulan puisi Penyair Kecil (Nasrul Asrudin)





Dik, Kembali
Karya: Asrul
.
Dik, kembali pulang
sebab malam melayang
kutakut kau dirindu pada kunang
berlarian menentang hujan di kala siang
Dik, kembali padaku
sebab cemburu itu tumbuh
yang sepi menjadi api
lalu gundah menduga
Dik, bulan memancar
kutegak lelayang sinar yang begitu samar

Aku hilang
.
Sebelum matahari tenggelam, bibirku mengering
Terkelupas mengulit napas yang hampir putus
Bila nanti kulihat setengah sinar, mungkin aku sudah tergeletak di pinggir jalan
Lalu semua dalam ketakutan dan kerakusan


Malam Datang
Karya: Penyair Kecil (Nasrul Asrudin)

Jika malam telah datang
aku tak mau seorang
bertunangan dalam malam lelintang
berkasih kenang
Sungguh aku malu demikian
jika malam telah katakan
aku bagai lelintang
kedip mengintip jiwa yang mengambang
Jika kasih telah dipinang
malam pun mencinta
serupa cicitan sudah dipucuk cinta
aku hanya daun dialihkan angin malam tanpa kunang



Aku Kelaparan
Karya: Penyair Kecil

Aku kelaparan
seringkali hidup di pinggiran dan jalanan
berbaur dengan megah duniawi
yang menyempitkanku
dimana tempat bermain sudah laku
terjual pada kawan kami yang mampu
bertamasya hanya dengan karung yang kubawa
di sudut kota menamani kerangka yang tiada banyak dagingnya



Luka Yang Lampau
Karya: Nasrul Asrudin

Berikan aku pedang yang berselempang di punggung berkarang
di ujungnya tertumpah cahya mata yang paling tua
dan langit memeluk tiada berpamit
yang setiap cucurnya laksana letupan-letupan kasih
Kuakan tiada menyadur yang serupa debur kemudian hancur
di luar yang bermata ranjau
sedikit tenang kukenang kecemasan yang paling remang
sampai sendiri aku berlinang dalam luka-luka yang lampau



Berpulang Bahagia
Karya: Penyair Kecil (Nasrul Asrudin)

Berpulang bahagia
setahun sudah, Tuhan kukatakan saja
aku mengenang-ngenang dalam malam tiba
dengannya si putri raja

Berpulang bahagia
setahun sudah, Tuhan kupasrahkan saja
aku berlarian dalam do'a-do'a
kepadanya yang bahagia


Pinta Cinta
Karya: Nasrul Asrudin

Tuhan, di kesunyian yang menanyakan
aku meminta lewat selaksa do'a
yang kusebut cinta digenangi pinta
kepada Kau Maha Kasih
Seandainya surat-surat tak bertambat
kukenang kau lagi disini
seperti do'a-do'a yang Maha Kasih memberi
kepada pinta yang tak tersurat
Dan kini kumasih tersimpan pinta
di antara renta tubuh yang digenangi cinta
sampai kulewatkan hari-hari bahagia
kepadanya yang kusebut cinta




Ketika Semua
Karya: Nasrul Asrudin

Ketika semua telah membuat rumit dan kata-kata pun sudah dipingit
Sesampainya hari benar-benar menenggelamkannya dalam samar nyanyian camar di atas layar
Dan belasan camar menyentuh sepi
Hingga kemudian kita benar-benar pergi
Hanya batas-batas yang belum retas berdiam
Menanyakan kembali nyanyian yang memecah karang
Dimana semua sudah berdialog dengan tali-tali pengikat layar
Untuk mengembalikan pulang tentang kita yang berlama di rantau orang



Cemburu
Karya: Nasrul Asrudin

Langit menenggelamkanku dalam-dalam
Yang berpadu sendu hilang pun kumau
Tentu bisu yang menyalamku, sebagaimana kau memintaku
Menyamar samar bersama langit yang benar-benar menenggelamkanku
Dan aku yang paling sempurna tenggelam
Bagaimana kau tidak membangunkanku
Sedang baru saja tombak cemburu memburu
Yang kemarin jatuh di pundakku
Berat begitu sekarat, aku mencumbu sisa waktu
Kini ku mengapung pada cemburu yang agung



Tidak Berakar
Karya : Penyair Kecil
.
Semula nyali hanya di ujung uban
Tidak berakar
Kumanis dalam kehilangan
Langit pun biar
Mengandangkan lintang di pundak dewi kehormatan
Semula kumerasa, kepulangan kan kukalungkan jiwa yang menganak malam
Dengan ujung uban kupergi dalam jiwa yang hening kemudian


Petaniku malang
Nyawanya hilang
Di negeri sendiri
Harus pergi
Ketimpangan melayang-layang
Tanda tanya untuk tuan-tuan
Jangan diam atau belaga plin-plan
Petaniku malang
Apa kita harus bertanya kepada uang?
Sampai nyawa petaniku hilang
Salah siapa?


Pagi
Karya: Penyair Kecil (Nasrul Asrudin)

Anak ayam berlari-lari
Berguguran si bunga turi
Nyanyian petani berdendang
Menari lembut ilalang
Dipadati embun rerumputan
Serasa aku dihujani kerinduan
Yang menganak di awal
Dalam pagi tentang rindu yang tak kekal


Surat Pecahan Gelas Kaca
Karya: Penyair Kecil
.
Kenapa kau masih menginjak-injak pecahan gelas kaca?
yang terpecah lalu membuat patah pinta
kuharap surat yang berkaki pecahan kaca
tidak menawar luka-luka
Bagaimana kau bisa berdiam?
sejak lahir teks-teks penuh sihir
telah menyumbat nikmat kebahagiaan dengan kelam
sampai suratku berkaki berikutnya lahir



luka dalam rawa

Aku tenggelamkan luka-luka dalam rawa
Yang tak seorang pun singgah menikmati
Untuk sekedar mandi, cuci muka bahkan mencumbu kepergian senja
Aku tenggelamkan luka-luka dalam rawa sampai maut tiba menghampiri
Aku tenggelamkan luka-luka dalam rawa
Sepi di ujung tangan-tangan mulai terhenti
Untuk menulis syair, puisi bahkan surat terakhir nanti
Aku tenggelamkan luka-luka dalam rawa sampai senja membuka cerita



Puing-puing Bising
Karya: Asrul

Kemana lagi puing-puing yang paling bising mengasing
sedang tenang begitu mengambang
di pelabuhan kita berangan pun sudah enggan
bersua dalam sisa-sisa usia
Laut pun sudah mengikut
hari-hari yang paling berseri tidak mencari
di pantai tempat angin menemu rindu dalam hujan rinai tidak bersabar
sementara puing-puing bising tidak samar serupa siul camar di atas layar



Butir Rindu Di Musim Hujan
Karya: Penyair Kecil

Butir-butir menyendiri yang membawa kehilangan
Mereka menempati sampai ke pelarian pertunangan
Kemudian kumenatap lama yang menyamarkan
Kumasih saja tetap bingung, butir-butirnya menganak kerinduan


Popular posts from this blog

Kening di kecup hening

Puisi Selamat Malam Gadis

belum habis luka