campuran puisi penyair kecil
Karya : Penyair Kecil ( Nasrul Asrudin)
Bila muara digenangi air dan bunga, aku sudah lama di tengahnya
Tidak tumbuh, tidak jua tiba
Tergerus hingga daging-daging membiru sampai muara pun keruh
Menerima getas tubuh yang menikmati duka penuh
Hari-hari berbincang, bunga tumbuh di dalam kalender kemarau
Sesenggukkan dengan kering pada pangkal yang jatuh risau
Tumbuh tiada terikat, di bibir muara yang menepikan masaknya air
Menunggu sampai matahari tergelincir, turut serta kudo'akan
Untuk pertunangan yang belum direstui
Keharusan apa yang terus melingkar pada kelopaknya?
Biarkan kecil lalu layu dan mati?
Apa kutetapkan saja muara dalam bayang mata?
Adinda
Karya: Asrul
Cicitan kelelawar terdengar
di telinga dan taman-taman yang berduka
laju angin menuju sembilu
teriak-teriaklah anakan ilalang
Langit memancar
kuseduh cemburu yang baru
lekas berkaca adinda
siapa luka yang membawa petaka
Puisiku
Karya : Penyair Kecil
puisiku merayu
Merayu kamu untuk jadi istriku
Puisiku merayu
Merayu bapak ibumu untuk jadi mertuaku
Puisiku menggoda
Menggoda gadis belia yang lupa
Lupa kalau aku sudah tua
Tua tapi suka menggoda
Satu kata ' hina '
Oleh Penyair Kecil
untuknya adalah canda tawanya
untuk aku adalah sebuah cacian darinya
derita seorang diri, bertengger dengan wajah sepi
berharap hinaan jadi sebuah cerita usang tak ada arti
masih teringat kata yg pekat
menyumbat di daun telinga
bukankah aku mengadu untuk bercengkramah dengan nasibku
hanya berimajinasi
Butiran Rintih
Penyair Kecil
Seteguk asam dari kota metrpolitan
bersenandung rintih jiwa yg tak pernah lelah
sekedar berbaris menawarkan jajanan
seteguk madu ia harapkan
Karya: Penyair Kecil
Mekar lagi si bunga mawar
memerah bagai lelayung
berkisah cintaku yang akbar
terhenti pada relung yang buntung
Tunai sudah di pucuknya
bercinta lagi si kumbang
dengan raut-raut dipapah penuh dosa
aku menanamkan lagi cinta yang hilang
KETIKA
Kalau hari sudah melenggang
Sesal pun sudah terkenang
Kalau kasih sudah diambil orang
Dagu pun menahan, bimbang
Ketika senyum dan tawa menapaki jejak lama
Tidak jejal, hanya menunggu tiba waktunya terlena
Terlena sampai hari berselendangkan syurga
Kepada sisa-sisa cinta yang tak berjelaga
Bila muara digenangi air dan bunga, aku sudah lama di tengahnya
Tidak tumbuh, tidak jua tiba
Tergerus hingga daging-daging membiru sampai muara pun keruh
Menerima getas tubuh yang menikmati duka penuh
Hari-hari berbincang, bunga tumbuh di dalam kalender kemarau
Sesenggukkan dengan kering pada pangkal yang jatuh risau
Tumbuh tiada terikat, di bibir muara yang menepikan masaknya air
Menunggu sampai matahari tergelincir, turut serta kudo'akan
Untuk pertunangan yang belum direstui
Keharusan apa yang terus melingkar pada kelopaknya?
Biarkan kecil lalu layu dan mati?
Apa kutetapkan saja muara dalam bayang mata?
Adinda
Karya: Asrul
Cicitan kelelawar terdengar
di telinga dan taman-taman yang berduka
laju angin menuju sembilu
teriak-teriaklah anakan ilalang
Langit memancar
kuseduh cemburu yang baru
lekas berkaca adinda
siapa luka yang membawa petaka
Puisiku
Karya : Penyair Kecil
puisiku merayu
Merayu kamu untuk jadi istriku
Puisiku merayu
Merayu bapak ibumu untuk jadi mertuaku
Puisiku menggoda
Menggoda gadis belia yang lupa
Lupa kalau aku sudah tua
Tua tapi suka menggoda
Satu kata ' hina '
Oleh Penyair Kecil
untuknya adalah canda tawanya
untuk aku adalah sebuah cacian darinya
derita seorang diri, bertengger dengan wajah sepi
berharap hinaan jadi sebuah cerita usang tak ada arti
masih teringat kata yg pekat
menyumbat di daun telinga
bukankah aku mengadu untuk bercengkramah dengan nasibku
hanya berimajinasi
Butiran Rintih
Penyair Kecil
Seteguk asam dari kota metrpolitan
bersenandung rintih jiwa yg tak pernah lelah
sekedar berbaris menawarkan jajanan
seteguk madu ia harapkan
Ketika Semua
Karya: Nasrul Asrudin
.
Ketika semua telah membuat rumit dan kata-kata pun sudah dipingit
Sesampainya hari benar-benar menenggelamkannya dalam samar nyanyian camar di atas layar
Dan belasan camar menyentuh sepi
Hingga kemudian kita benar-benar pergi
Hanya batas-batas yang belum retas berdiam
Menanyakan kembali nyanyian yang memecah karang
Dimana semua sudah berdialog dengan tali-tali pengikat layar
Untuk mengembalikan pulang tentang kita yang berlama di rantau orang
Merah MawarKarya: Nasrul Asrudin
.
Ketika semua telah membuat rumit dan kata-kata pun sudah dipingit
Sesampainya hari benar-benar menenggelamkannya dalam samar nyanyian camar di atas layar
Dan belasan camar menyentuh sepi
Hingga kemudian kita benar-benar pergi
Hanya batas-batas yang belum retas berdiam
Menanyakan kembali nyanyian yang memecah karang
Dimana semua sudah berdialog dengan tali-tali pengikat layar
Untuk mengembalikan pulang tentang kita yang berlama di rantau orang
Karya: Penyair Kecil
Mekar lagi si bunga mawar
memerah bagai lelayung
berkisah cintaku yang akbar
terhenti pada relung yang buntung
Tunai sudah di pucuknya
bercinta lagi si kumbang
dengan raut-raut dipapah penuh dosa
aku menanamkan lagi cinta yang hilang
KETIKA
Kalau hari sudah melenggang
Sesal pun sudah terkenang
Kalau kasih sudah diambil orang
Dagu pun menahan, bimbang
Ketika senyum dan tawa menapaki jejak lama
Tidak jejal, hanya menunggu tiba waktunya terlena
Terlena sampai hari berselendangkan syurga
Kepada sisa-sisa cinta yang tak berjelaga