Kelembutan Yang Sepi
Karya : Penyair Kecil ( Nasrul Asrudin)
Ketika tulang-tulang tak lagi berkawan, lidah meracun pada badan
Tumbuh berakar dan sesekali menyesat di antara sendi-sendi
Digenggam dengan penuh jiwa yang begitu sepi
dan kini semua terpisah di antara raga yang sunyi
Melangkah lembut, jauh pelan di bawah peraduan yang hilang
Dengan tubuh yang sedikit pincang, berjalan mengarah pada sisi pantai
Dan sesekali melepas ujung kuku, dimana dia tempat menyentuh lembut
Dan berkata, aku lelah dalam kelembutan yang sepi
PERTALIAN SIANG DAN MALAM
Pertalian siang dan malam mulai mengait, tepian barat mulai bercinta
ladang dan kebun menanggalkan bibit-bibit untuk tuannya
Sedikit redah angin yang mulai membasuh di langit-lanngit pipi
Bertebaran lintang yang sedikit genit untuk semesta
Sementara cicit anak burung masih, di pucuk cemara yang begitu lembut menari
Sedang dikau bermandikan kebencian, tentang kegelapan yang menangkap satu demi satu ketakutan
Dan kau membiarkan mereka membaur jadi satu pada langit-langit malam yang begitu anggun
Lalu kepada sepasang merpati yang melangitkan kelepaknya
Kau mengikuti kemana mereka berdiam dan meletakkan lelah
Dengan sepucuk dendam yang kau tawar waktu itu
Kau biarkan mereka mencicipi perih, pedih yang tak pernah kau sudahi
SEPASANG PENGANTIN
Ketika aku mengencani keharusan yang menempel di pundak sepasang pengantin
Dengan penuh, aku mengarak sisi- sisi yang menjalin sistematika hidup
tentang keagungan cinta, kearifan rindu serta kebijaksanaan hati
Untuk menjadi bukit-bukit yang menyimpan keteduhan sepasang mata, cinta dalam kaidah berkeluarga
Mereka saling bertaut serta kaki-kaki menyiumi jalanan,lalu
koin-koin uang logam mereka tabur
Banyak sisi mengartikkan itu memberikan rezeki atau membagikan kebahagiaan yang belum mengabur
Entah mistis atau sudah tradisi hidup
Lain halnya aku, ketika hanya duduk-duduk menyematkan senyum dan kembali dalam rupa yang bingung
Tumbuh berakar dan sesekali menyesat di antara sendi-sendi
Digenggam dengan penuh jiwa yang begitu sepi
dan kini semua terpisah di antara raga yang sunyi
Melangkah lembut, jauh pelan di bawah peraduan yang hilang
Dengan tubuh yang sedikit pincang, berjalan mengarah pada sisi pantai
Dan sesekali melepas ujung kuku, dimana dia tempat menyentuh lembut
Dan berkata, aku lelah dalam kelembutan yang sepi
PERTALIAN SIANG DAN MALAM
Pertalian siang dan malam mulai mengait, tepian barat mulai bercinta
ladang dan kebun menanggalkan bibit-bibit untuk tuannya
Sedikit redah angin yang mulai membasuh di langit-lanngit pipi
Bertebaran lintang yang sedikit genit untuk semesta
Sementara cicit anak burung masih, di pucuk cemara yang begitu lembut menari
Sedang dikau bermandikan kebencian, tentang kegelapan yang menangkap satu demi satu ketakutan
Dan kau membiarkan mereka membaur jadi satu pada langit-langit malam yang begitu anggun
Lalu kepada sepasang merpati yang melangitkan kelepaknya
Kau mengikuti kemana mereka berdiam dan meletakkan lelah
Dengan sepucuk dendam yang kau tawar waktu itu
Kau biarkan mereka mencicipi perih, pedih yang tak pernah kau sudahi
SEPASANG PENGANTIN
Ketika aku mengencani keharusan yang menempel di pundak sepasang pengantin
Dengan penuh, aku mengarak sisi- sisi yang menjalin sistematika hidup
tentang keagungan cinta, kearifan rindu serta kebijaksanaan hati
Untuk menjadi bukit-bukit yang menyimpan keteduhan sepasang mata, cinta dalam kaidah berkeluarga
Mereka saling bertaut serta kaki-kaki menyiumi jalanan,lalu
koin-koin uang logam mereka tabur
Banyak sisi mengartikkan itu memberikan rezeki atau membagikan kebahagiaan yang belum mengabur
Entah mistis atau sudah tradisi hidup
Lain halnya aku, ketika hanya duduk-duduk menyematkan senyum dan kembali dalam rupa yang bingung