Raga Dalam Pagi
Karya : Penyair Kecil ( Nasrul Asrudin)
Daging-daging membungkus kerangka
Memanjang di atas ranjang besi dan busa
Terbujur dengan keriuhan serta kesenjangan kasih
Di sini tempatmu mengabur perih pedih
Dalam jumpa yang mengawal luka
Kau tidak segera mengeringkan
Basah di sekujur tubuh hanya dosa-dosa
Kembali bersujud kepada Tuhan
KITA PASTI AKAN TERPISAH
Kasih, dimana puing yang lalu telah dilantunkan jua dalam jalan berlumpur
Penuh kegelisahan untuk berjalan mengarah sisa sinar yang muncul yang tak mengabur
Tak ubah jalan yang dulu, penuh sautan anak-anak bermain
Lucunya kita berdua berjalan bersama tanpa alas kaki
Mungkin wajah kaki sudah bosan
Bosan kepada halus dan kasarnya jalan yang berdiam lalu mengatakan aku mau
Kemudian telah disodorkan gerigi-gerigi kecil yang terkelupas
Tertinggal lalu membekas
Di luar yang menyentuh
Di luar yang gemuruh
Menyesatkan kaki kita, entah berdiam atau sedikit berbincang
Menenggelamkan serta biarkan dirinya mengapung menanggalkan layang
Untuk layang kita yang ditemui di pinggiran jalan, dipenuhi lekukan bisu
Menandakan ini tiba waktu
Keharusan tubuh, keiklasan hati tak selalu menyatu
Mungkin esok dari salah satu kita melewati jalan ini, penuh suara sayu
Jalan dimana dari salah satu kita berdiam, tidak ada dimensi yang melenyapkan rindu dari kita
Menanggalkan jalan, melepaskan angan
Biarkan semua mengambang lalu terkenang
Dalam duka di sepanjang jalan kita
Memanjang di atas ranjang besi dan busa
Terbujur dengan keriuhan serta kesenjangan kasih
Di sini tempatmu mengabur perih pedih
Dalam jumpa yang mengawal luka
Kau tidak segera mengeringkan
Basah di sekujur tubuh hanya dosa-dosa
Kembali bersujud kepada Tuhan
KITA PASTI AKAN TERPISAH
Kasih, dimana puing yang lalu telah dilantunkan jua dalam jalan berlumpur
Penuh kegelisahan untuk berjalan mengarah sisa sinar yang muncul yang tak mengabur
Tak ubah jalan yang dulu, penuh sautan anak-anak bermain
Lucunya kita berdua berjalan bersama tanpa alas kaki
Mungkin wajah kaki sudah bosan
Bosan kepada halus dan kasarnya jalan yang berdiam lalu mengatakan aku mau
Kemudian telah disodorkan gerigi-gerigi kecil yang terkelupas
Tertinggal lalu membekas
Di luar yang menyentuh
Di luar yang gemuruh
Menyesatkan kaki kita, entah berdiam atau sedikit berbincang
Menenggelamkan serta biarkan dirinya mengapung menanggalkan layang
Untuk layang kita yang ditemui di pinggiran jalan, dipenuhi lekukan bisu
Menandakan ini tiba waktu
Keharusan tubuh, keiklasan hati tak selalu menyatu
Mungkin esok dari salah satu kita melewati jalan ini, penuh suara sayu
Jalan dimana dari salah satu kita berdiam, tidak ada dimensi yang melenyapkan rindu dari kita
Menanggalkan jalan, melepaskan angan
Biarkan semua mengambang lalu terkenang
Dalam duka di sepanjang jalan kita