Lentera Cahaya penyair kecil

Karya : Penyair Kecil ( Nasrul Asrudin)


Lentera terpecah cahaya
menjadi bukit ungu, lalu bias sudah
mengakar dan digenangi hewan-hewan malam
ku membiarkan mereka menari di ujung lampion kecil darinya
Gadis cantik bermandikan rindu
menjelma anakan sungai yang mengikat
duduk pengembala bertelanjang dada, lalu
membiarkan mereka kosong
Terpecah di antara malam


KESAKSIAN RINDU

Balasan untuk Pak Putra Bintang
Kesaksian yang bergejolak
dalam hening bisu
Kenapa kau tak mainkan lentera di siang bolong
Kau takut amarah yang terus memerah
atau kau sudah tak lagi gagah
Sudah biarkan kesaksian ini
mengumpulkan kertas-kertas di meja rapat kosong
karena tak ada lagi yang berani bercerita
Ilusi memendam maya serta tatap sepi
Dan hanya selintas saja
Kau mainkan rindu di bawah hening
Terhitung dengan bibir manja
Diam, bisu serta tertahan di ujung lidah


SAJAK TENTANG IBU

Ibu
Dimana tangan-tanganmu terus menuntunku berjalan
serta kaki-kakimu untuk melawan ketakutan
Aku menangis saat tangan dan kakimu diam
Tergeletak lemah tak bisa memapah
Kau kini sudah tua, wajahmu sudah penuh cerita
dari anakmu yang digenangi cinta dan air mata
Sempat aku memperhatikanmu
dengan lembut aku mengusap kedua pipimu
Dan aku menikmati air mata yang kering tak terlihat
Hanya bibirmu yang terus melucuti
kenakalan ini
Sampai kau tidur pun tiada lelah menjaga
Ibu, aku ingin membalas budimu
sempatkanlah aku melihat matamu menanngis
menangis bukan karena sakit, derita
Tapi menangis karena kebahagiaan anaknya
Ibu, peluk aku
Dan biarkan aku berbincang sejenak
serasa aku ini masih anak-anak
Yang tak bisa tidur, hanya nyanyianmu yang melenyapkan ketakutan saat malam tiba
Ibu, kau tahu
Anakmu sudah berdiri tak lagi merengek
Tak lagi memintamu menangis serasa waktu kecil
Biarkan aku memelukmu dalam diam
Bukan aku bisu, hanya aku ingin memutar rindu yang dulu
Rindu dimana sewaktu aku kecil bersamamu

Popular posts from this blog

Kening di kecup hening

Puisi Selamat Malam Gadis

belum habis luka